Tuesday, May 3, 2011

PUISI : Tak Ingin Berprasangka

Tak Ingin Berprasangka
By : Sarlen Julfree


Ketika aku ingin membuka lembaran baru,
Aku tahu apa yang harus aku lakukan...
Aku tak mencoba 'tuk memaksa orang lain,
Agar melihat dan memandang aku,
Seperti adanya aku...

Kehadiranku,
Selalu kunyatakan,
Seperti jelas yang kuinginkan...
Seperti lancar kutuliskan...
Seperti ramah kukatakan...
Apa adanya...

Apa yang kuberikan adalah ketulusan
Apa yang kutaruh, ada dasar dari nurani
Dan apa yang terucap, bukan buah kepalsuan...

Ada hawa baru yang kubawa,
Ada kasih yang kutebar,
Ada harap 'tuk perbaiki asa,
Ada kebahagiaan yang ingin engkau peroleh...

Ketika orang lain memberi sejuta alasan,
Aku hanya tersenyum
Karena ketika aku harus katakan : :hentikan...!"
Aku berharap mereka tahu,
Tak ada lagi satu alasan, untuk membual...

Aku memang memiliki besar harap,
Kepada mereka, atau salah satu dari mereka
Untuk selalu membuka mata dan hati,
Sekejap demi sekejap,
Melihat dan memperhatikan
Tak hanya memandang satu sisi ego saja
Bahwa inilah perbedaan dalam alur seutuhnya...

Aku memang bukan yang terbaik,
Tapi aku tahu bagaimana cara memberi yang terbaik...
Karena hanya yang terbaik,
Layak mendapatkan yang terbaik...

Aku tak ingin menjadi badai bagi kehidupan orang lain
Aku tak ingin membuat nafas memburu diantara amarah,
Aku tak ingin menjadi batu sandungan bagi mereka...
Meskipun ada makna mengetuk hati didalamnya...

Mungkin, sangatlah mungkin...

Sekarang,
Aku ingin orang lain benar-benar tahu,
Sungguh tiada yang mudah,
Bila kita tak tahu,
Sebaris alur tindakan yang akan kita perbuat, kemudian...
Menghadirkan satu pilihan agar kita memilih

Aku hanya akan berkata : "Tunggu, berikan waktu 'tuk merenung..."

Ketika orang lain berkata sejuta larung padaku,
AKu tahu,
Ada batu yang dilemparkan padaku...
Tapi aku bukan kayu...
Aku juga bukan manusia batu...
Namun jelas ingin kukatakan :
"Tolong, perhatikan langkahmu,
Karena mungkin saja,
Ada batu yang 'kan menyandung di jalan,
Yaitu batu yang sama,
Yang telah kamu lemparkan padaku..."

Aku begitu,
Karena aku ingin mengambil satu aral yang tepat,
Dengan kata yang tepat,
Kesimpulan yang tepat,
Dan menatap jauh ke dalam mata,
Dengan tepat...

Jangan pernah menilai ketika engkau menimbang,
Namun menimbanglah ketika engkau akan menilai...

Kualitas diri memang dapat diasah,
Namun kualitas hati, siapa yang tahu...

Lubuk hati memang yang paling jujur,
Karena tanpa hati, tak bisa engkau jujur...
Hingga apa yang diperbuat menjadi beban,
Bahkan bisa juga melibatkan yang lain...

Nah,
Sekarang engkau sudah tahu
Kalau aku, hanya ingin menyambut fajar,
Melalui keindahan temaram malam,
Dalam sebuah penantian...
Menunggu... menanti... berharap yang terbaik...
Agar ketika aku harus larung dalam badai,
Aku tahu harus berbuat apa serta berkata apa...

Jaga mulut...
Jaga hati...
Jaga rasa...
Untuk cinta dari hati...
Mengungkap nada-nada kasih...



Jakarta, 6 Juli 2008

SIMPHONY JIWAKU

SIMPHONY JIWAKU
By : Sarlen Julfree Manurung



Aku lelah...
Aku butuh embun membasuh asaku
Kala lara terpendam dan tak lagi tenang...

Cermin yang kutaruh, hadirkan bulir-bulir kepenatan
Hingga aromanya mampu hempaskan segenap rasa
Menenggelamkanku dalam bayang-bayang...
Menjauh dari segenap aral,
Lepaskan segenap harap, dalam kedamaian

Sepi menaungiku...
Sekejap, aku terjebak dalam kepalsuan
Mulutku bimbang,
Diriku kalut...
Resah membuat mataku berkabut
Aku lemah,
Hatiku hancur bagai puing-puing
Meski gemerlap dunia ada disekitarku

Dalam murka, aku ingin tegak berdiri...
Ingin rasanya aku menjerit,
Tapi hatiku terlalu sakit...
Ingin aku berlari,
Tapi tugasku belum selesai...
Ingin aku menoleh,
Tapi aku tak ingin mengulang kesalahan...
Aku tak ingin menyesal...

Duhai simphony jiwaku,
Saat teduh sikap menaungiku,
Aku tak ingin larung dalam kebencian,
Aku tak ingin terpaku dalam kesal
Aku mungkin bukan mentari,
Aku juga bukan peri suci,
Tapi aku bukanlah duri...
Karena cintaku, tak pernah basi...




Jakarta, 9 November 2008
Time : 21.45 PM

Balada Cowok Ancur Tapi Pe-De

Aku adalah seorang cowok yang jayus dan lebay abis...

Meskipun wajahku minimalis,

Tapi aku tetap merasa manis

Apalagi diatas bibirku yang tipis,

Melintang sedikit kumis

Rambutku pakai poni, yang turun hingga menutupi alis,

Gak keren-keren amat, tapi tetap modis...

Namun yang paling penting tuhhh... aku bukan pecinta sejenis...

Meskipun agak ceriwis,

Tapi aku cowok romantis...

Kalo apel, selalu bawa seikat bunga edelweiss

Sama sekotak kue brownies,

Yang bertaburkan keju dan juga kismis

Gak masalah dompet jadi kembang-kempis

Karena jumlah gaji dan uang keluar, emang selalu remis...

Pokoknya, jarang banget dehhh... punya uang taktis,

Untuk sekedar bikin rambut kelimis,

Atau beli parfum biar badan gak bau amis...

Tapi aku orangnya gak pernah pesimis

Untuk berani mencintai seorang gadis,

Anak juragan angkot, asal Ciamis,

Aku tetap PeDe abis dan tampil necis...

Dandan keren seperti mau melakukan kegiatan bisnis,

Meski berangkat ke rumah pacar, harus 3 kali naik bis...

Sampai rumah pacar, disuguhi kopi dan martabak manis...

Duduk disamping pacar, yang berbaju agak tipis...

Melihatnya, muka aku mesam-mesem najis...

Ingin colak-colek, tapi tangan selalu ditepis..

Sampai akhirnya pura-pura mau pipis, karena ada Oom Kumis

Meski perut mules, tapi tetap cengangas-cengingis..

Karena tadi di jalan, sempat jajan beli rujak petis

Yang pedesnya kagak abis-abis

Seakan perut diiris tipis-tipis...

Akhirnya ijin pulang, meskipun lagi hujan gerimis

Karena udah nggak tahan sakit, dan terus-terusan meringis

Gengsi ajah nahan pedih sampe mau nangis...

Meski hati, masih ingin disamping si manis

Jakarta, 07 August 08 / 5 Mei 2011

Friday, February 4, 2011

Jangan Biarkan Masalah Menyandung Cinta

NOTE :

Tulisan ini terinspirasi oleh catatan status dan tulisan note (catatan) teman-teman saya di facebook, yang kemudian menginspirasi saya untuk menulis artikel dengan judul : Jangan Biarkan Masalah Menyandung Cinta.

---

Sepanjang rentang waktu perjalanan hidup kita, sulit rasanya untuk menghindari adanya masalah agar tidak menaungi diri kita. Alasannya, ketika masalah mulai memecah perhatian kita, rasa-rasanya tidak mudah bagi hati serta pikiran kita untuk segera mendamaikan diri dengan suasana tidak nyaman yang tercipta, yaitu pada saat masalah mulai merampas sebagian waktu dan energi kita.

Besarnya beban masalah yang sedang kita hadapi, disadari atau tidak, pada satu masa waktu, dapat pula mengganggu tumbuh kembangnya cinta kasih kita pada seseorang yang kita kasihi. Hal ini terjadi karena diri kita cenderung lebih fokus pada upaya memecahkan masalah yang sedang kita hadapi, dibandingkan memberikan perhatian lebih atas cinta yang ada di hati terhadap pasangan atau kekasih hati kita.

Pada sisi yang lain, cinta sulit mengalir dengan indah, apabila masalah hadir sebagai "batu ujian" dalam hubungan cinta kasih dengan kekasih hati kita.

Cinta yang seharusnya membuat hati dan wajah kita tampak ceria serta berseri-seri sepanjang hari. Namun keadaan akan terasa berbeda, ketika cinta dapat dianggap sebagai perusak harmonisasi hidup, yaitu pada saat masalah mulai menaungi gairah diri untuk dapat mengekspresikan berbagai ungkapan kasih kepada pasangan atau kekasih hati tercinta.

Masalah yang menaungi hubungan sepasang anak manusia yang saling mengasihi, akan menghadirkan : rasa kesal, amarah, gelisah, sedih dan kecewa. Padahal, masalah tak akan pernah usai apabila kita sendiri tidak pernah mencoba untuk menyelesaikannya.

Sepandangan mata aku, pada status atau note (catatan) yang dituliskan oleh sejumlah teman, hal-hal yang menjadi masalah dalam hubungan cinta kasih yang sedang dibina dalam bentuk pacaran (atau bahkan, pasangan suami-isteri) adalah masalah kurangnya perhatian, masalah keuangan, dan masalah pengendalian sikap. Lalu masalah komunikasi (terutama sikap egois dari salah satu pihak) yang terhambat. Kemudian, ada pula yang memaparkan tentang adanya suatu prasangka yang berlebih-lebihan.

Ada yang tersirat, namun ada pula yang "sepertinya" terus terang diucapkan, yaitu sebagain ungkapan suasana hati yang sedang dirasakan.

Apabila ingin dijabarkan lebih lanjut, maka semua masalah yang teman-teman kemukakan melalui status atau note tersebut, pada akhirnya akan bermuara pada sebuah kalimat yang ingin bertanya : haruskah kondisi itu terjadi?

Masalah ada untuk diselesaikan, bukan untuk didiamkan atau untuk dinikmati. So, jangan biarkan problema mengaburkan (bahkan mampu menghanyutkan) makna indah dari keagungan cinta yang ada didalam hati kita.

Kalau ada masalah, bicarakanlah. Sebuah titik temu (kesepakatan untuk saling mengerti, memahami, dan menghargai) tak akan pernah tercipta apabila masing-masing pihak tidak memiliki keinginan untuk bertemu, saling memberikan pandangan dan mendengarkan pandangan yang dapat diterima atau tidak dapat diterima, serta mengkompromikan berbagai kemungkinan yang bisa dikompromikan dengan pasangan / kekasih hati kita.

Apabila ada kesalahan yang terjadi, segeralah minta maaf, jangan tunggu lama-lama. Sebuah kesalahan mungkin saja terjadi sebagai sebuah kealpaan. Namun, kesalahan juga bisa terjadi karena salah satu pihak lebih mementingkan diri sendiri, sehingga melupakan atau lupa dengan keberadaan pasangannya. Kesalahan, dapat pula terjadi karena tidak sengaja melakukannya.

Kesalahan yang dibiarkan berlarut-larut, dapat membebani pikiran dan menimbulkan kekacauan suasana hati. Kita dapat mengelimir kondisi tersebut apabila pihak yang berbuat salah, berani mengucapkan kata maaf, sedangkan pihak yang disakiti oleh adanya kesalahan yang dibuat oleh pasangan atau kekasih hatinya, dapat mengucapkan kata maaf dengan tulus.

Satu kesalahan kecil jangan pula dibesar-besarkan kalau kita tidak ingin masalah kecil itu justru membuat hati dan pikiran kita dipenuhi oleh kesan-kesan buruk atau pola pandangan negatif, yang berkecamuk karena telah tercipta suatu suasana yang penuh dengan ketidak-pastian, hingga akhirnya berkembang menjadi cerita kehidupan yang tidak ingin kita lalui atau hadapi.

Bicaralah baik-baik. Kita tidak selalu dapat menerka, kapan masalah datang. Jadi, sebuah komunikasi merupakan sebuah alur yang seharusnya intens dilakukan, karena dengan mengembangkan suatu pola komunikasi yang baik, maka akan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan semakin baik lagi, akan cara pandang serta pola sikap pasangan / kekasih hati kita.

Sebisa mungkin, jangan biarkan diri kita ini mudah untuk mengucapkan kata-kata kecaman atau hinaan...!

Ingatlah..!!! Sebuah kata kecaman atau hinaan, pada dasarnya bisa menimbulkan perasaan ditolak atau dipersalahkan, bukan mengayomi, menghibur atau mendukung. Keberadaan kekasih dapat dimanfaatkan sebagai tempat curhat atau berbagi rasa sayang, bukan memperlakukannya sebagai pembantu (kita bertindak sebagai majikan) atau karyawan rendahan (layaknya atasan di kantor).

Oleh sebab itu, ungkapkanlah segala sesuatunya, khususnya untuk hal-hal yang menjadi uneg-uneg atau kecurigaan kita akan sesuatu, dengan baik-baik, tanpa harus mengecam, tanpa harus menghina, atau mengeluarkan kata-kata mengumpat.

Pada situasi atau kondisi tertentu, kesalahan memang sangat mungkin saja terjadi. Tapi itu bukan berarti, kita dapat dengan bebas menyatakan bahwa kesempurnaan dan nilai-nilai kebenaran itu seutuhnya ada pada diri kita. Janganlah berpikiran egois dehhh...

Yup, sikap egois adalah musuh terbesar dari hubungan cinta kasih yang sedang dibina. Ketika sikap egois mengemuka, maka diri ini hanya ingin menguasai, bukan menerima adanya kekurangan yang ada pada diri pasangan kekasih hati kita.

Kita harus menyadari, bahwa setiap hubungan cinta kasih yang mengalami keretakan dan berakhir dengan putusnya hubungan cinta kasih, selalu diawali oleh adanya suatu masalah, suatu perbuatan curang (selingkuh) atau adanya suatu pola pemikiran yang tidak lagi sejalan, dimana semua keadaan itu, tidak lagi dapat dikomunikasikan secara baik-baik dengan kekasih.

Artinya, selain diputuskan oleh kematian, tidak ada satu pun cerita putus hubungan cinta kasih yang terjadi secara baik-baik, karena semua peristiwa putus hubungan pacaran (atau suami-isteri) pasti karena ada penyebabnya. Oleh sebab itu, kedewasaan sikap diantara masing-masing pihak yang menjalin hubungan cinta kasih, perlu dijaga.

Dalam menjalin ikatan cinta kasih, adanya sifat saling melengkapi kekurangan yang ada pada diri pasangan kekasih hati kita, merupakan sebuah kondisi yang seharusnya kita ciptakan TANPA HARUS DIMINTA. Ini bukanlah sebuah kondisi yang dapat ditawar-tawar, namun sebuah kondisi yang sepatutnya kita bangun sejujurnya, setulusnya, dan sebaik-baiknya, dengan kekasih hati kita.

Percaya deh, apabila kita biarkan sikap egois selalu hadir untuk menciptakan suasana seperti yang kita inginkan, maka pada sisi yang lain (yaitu sisi diri kekasih hati kita), api cinta itu dapat perlahan-lahan padam. Hanya menghitung waktu saja, sepertinya.

Siapa sih, yang ingin dikekang dengan hanya diijinkan mengatakan kata "ya" tanpa pernah ada sekalipun kesempatan untuk mengatakan "tidak" sebagai sikap tidak setuju? Tidak ada, karena setiap orang punya suara hati dan batasan pemikiran logis.

Mengkritisi, boleh, mengekang, jangan. Memberi anjuran, ya, boleh sekali. Tapi aktif melarang-larang, sebaiknya jangan. Bila kita coba untuk mengekang dan aktif mengucapkan kata larangan, itu sama artinya kita semakin membangun tembok rasa tidak nyaman pada diri kekasih hati kita.

Kita tidak mempunyai hak untuk mengekang atau melarang. Hak yang dapat kita nyatakan atau apresiasikan kepada pasangan kita adalah menjadikan dirinya tampil lebih baik dan lebih merasakan hakekat hadirnya cinta di hati kita dan juga dirinya. Pada kedua hal itulah ekspresi cinta benar-benar nyata bisa dirasakan.

Apabila memiliki rasa tidak puas, buatlah diri pasangan kekasih hati kita untuk memahami dengan cara-cara yang sederhana, bahwa kita tidak puas dengan sikapnya. Jangan pernah menjadi "buas" karena ada rasa tidak puas pada sikap atau dalam diri pasangan kita.

Well, cinta mungkin juga bermasalah. Apabila itu terjadi, kita tidak memiliki pilihan yang lain, selain merundingkan jalan terbaik atas kondisi itu, agar tidak ada upaya untuk menyakiti, tentunya, dengan mengatasnamakan cinta. Berhenti sejenak... pikirkan masak-masak... dan nyatakan dengan bijak.

Mengedepankan sikap emosional, tidak akan pernah berhasil menyelesaikan masalah. Demikian pula saat hubungan cinta kasih sedang ada masalah, emosi bukanlah pilihan tepat untuk mendamaikan suasana hati.

Ingatlah selalu, bahwa tiap orang punya kesempatan untuk memperbaiki keadaan pada saat ada masalah menaungi cinta. Dalam kelebihan yang kita miliki, pasti kita memiliki kekurangan. Oleh karena cinta, kekurangan itu dapat tertutupi dengan kelebihan yang dimiliki oleh pasangan kekasih hati kita. Gunakan itu untuk tampil lebih baik, bukan untuk menekan lebih keras.

Memang, segala sesuatunya itu, ada saatnya. Namun, ketika cinta adalah dasarnya, kita bisa menjadi bintang ditengah gelapnya malam, apabila kita biarkan cinta itu menjadi "malaikat" yang menyejukkan setiap kasih yang melingkupi diri dan hati kita.

So, jangan biarkan masalah menyandung adanya cinta didalam hati dan diri kita. Lakukan segala sesuatunya dengan didasari oleh cinta.


.Sarlen Julfree Manurung


tulisan ini telah diposting pada tanggal 5 Februari 2011.

http://www.facebook.com/notes/juvee-manroe/jangan-biarkan-masalah-menyandung-cinta/160895460626836

Tak Selamanya Diam Itu Emas

Beberapa bulan yang lalu, seorang teman mengisi kolom status facebook miliknya dengan kata-kata berikut :

"Mendengar, mencerna kata demi kata, merenung dan berpikir, hingga mendapatkan kesimpulan... lalu menindaklanjuti... naaaah... yang terakhir ini yang paling susah..."

Yaa... bicara teori saja, memang mudah. Lancar-lancar saja mulut kita bicara. Namun tidak demikian halnya dengan mengupayakan adanya suatu formulasi jawaban yang tepat guna serta tepat sasaran, terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Kita cenderung mati gaya, bahkan mungkin diam saja, karena tidak mampu berbuat apa-apa.

Sering kali, kita menganggap memecahkan suatu masalah, bukanlah perkara mudah. Kenapa bisa ada pemikiran seperti itu ya?

Karena, pada saat kita merenung, kita malah larung dalam tangis, meratapi adanya masalah sebagai nasib yang membuat kita susah, bukannya berusaha mencari jalan keluar atas masalah yang sedang dihadapi.

Inisiatif diri seakan tidak ada, karena belum apa-apa sudah mengatakan tidak siap, padahal belum “mencoba melangkah” untuk menemukan jalan pemecahan masalah. Alasannya, tidak percaya diri, atau takut mendapat malu. Takut salah.

Ada sederetan nada-nada sumbang yang bergetar namun tak mampu terucapkan. Demikian pula dengan sikap kita, nyaris tak bergeming, seperti sudah mati rasa. Jangankan mengambil tindakan, bahasa tubuh kita saja sudah menunjukkan sikap orang yang pesimistik dan penuh dengan keraguan, seperti sikap orang yang tidak siap menerima tantangan.

Perlahan-lahan mundur sebelum bertempur. Tak punya nyali atau keberanian diri mengambil sikap. Kita seperti orang “bermasalah” karena tidak mampu keluar dari masalah kita sendiri.

Dalam kesempatan berbeda, menasehati orang lain, kita jagonya. Akan tetapi, kita justru mengalami kesulitan saat harus menjalankan suatu rencana aksi, sebagai upaya nyata dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi. Bisanya meminta / menanti bantuan orang lain saja.

Ragam persoalan di dalam hidup ini, baik susah atau mudah, terkadang membuat kita seakan berada dibawah bayang-bayang ketakutan tak mampu untuk berbuat sesuatu. Padahal, kita sendiri belum melakukan apa-apa (mencoba berbuat sesuatu), kita sendiri belum menyampaikan pandangan kita.

Terkadang, meskipun sudah mencoba berbuat sesuatu seatraktif mungkin, dan sudah pula mencoba untuk mengkomparasi sejumlah teori pemecahan masalah (katanya, biar tidak salah membuat dasar pertimbangan), akan tetapi tetap saja kita merasa terintimidasi oleh keadaan, bingung atau merasa tidak yakin dengan kemampuan diri sendiri.

Alasannya, karena kita tidak tahu aral mana yang akan dipilih untuk dijalani, meskipun semua arah pemecahan masalah yang kita bangun, sudahlah tepat.

Beberapa orang bahkan sampai jatuh sakit atau mengalami stress berat, karena tak kunjung berhasil keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Karakter dan perilaku seseorang memang bisa berubah apabila terlalu lama berada dalam tekanan. Minimal, ritme kehidupan tak lagi sama.

Tersesat dalam kebimbangan, membuat peluang untuk kembali menjadi orang yang merdeka dari masalah, terhenti seketika. Seakan ada yang mengganjal dan membuat langkah terhenti, utamanya, kalau masalah yang sedang dihadapi, bertutur tentang : masa depan, hubungan asmara dengan orang lain, atau kemampuan dan kesanggupan diri untuk dapat survival dalam hidup ini.

Hidup penuh dengan masalah, memang bukanlah impian. Namun hidup tanpa ada masalah, adalah keadaan yang tidak membuat kita belajar, mengetahui cara menyikapi atau menyelesaikan masalah dalam hidup ini.

Pada dasarnya, masalah merupakan “model” pembelajaran hidup terbaik, jika kita ingin melihat dan mengetahui bagaimana realita kehidupan dan tatanan / perspektif keadaan yang tidak terbayangkan sebelumnya, atau ketika kesalahan harus segera ditangani agar tidak menimbulkan dilematika baru di kemudian hari.

Apalagi kalau seseorang telah menghadirkan anggapan : tidak semua permasalahan bisa diselesaikan dengan mudah, dan tidak semua upaya penyelesaian masalah, bisa dilakukan secara tuntas.

Oleh sebab itu, setiap permasalahan harus segera diselesaikan agar tidak menjadi lebih complicated atau menghadirkan masalah baru. Jadi, jangan pernah kita membiarkan masalah berlarut-larut tidak terselesaikan, dan menghantui benak pikiran kita. Diam itu, tidaklah emas.

Sebuah pepatah lama mengatakan : Manusia bisa karena biasa. Mungkin kalau ingin diterjemahkan secara bebas, pepatah itu bisa diartikan, sebagai : pengalaman merupakan guru yang berharga.

Demikian pula halnya dengan adanya keberanian mengemukakan pendapat atau pandangan, yang dinyatakan sebagai upaya memecahkan masalah. Jika kita tidak pernah ragu untuk menyampaikan pendapat atau pandangan, maka semakin cepat pula kemampuan daya nalar kita untuk mencari, menemukan, dan memformulasikan jawaban dari sebuah pemecahan masalah.

Sedangkan pada sisi yang lain, terlalu sering seseorang mengatakan tidak mampu, tidak berani, atau tidak siap, selain bisa menimbulkan stigma negatif orang lain, juga bisa mempengaruhi sikap agresif seseorang untuk dapat cepat bertindak menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Merendah boleh-boleh saja, tapi membodohi diri sendiri, sebaiknya jangan.

Oleh sebab itu, menghadirkan pola berpikir kritis, merupakan sebuah kebutuhan, karena sikap kritis akan membuat perhatian seseorang, sepenuhnya tertuju pada upaya penyelesaian masalah secara tuntas.

Selain itu, kita juga harus menumbuhkan keberanian diri untuk menghadapi problema kehidupan, dengan menyampaikan opini, saran dan masukan, pandangan, atau bahkan, sebuah konsep pemecahan masalah.

Sebuah keberanian untuk menjawab permasalahan yang sedang dihadapi, harus kita hadirkan. Manfaatnya, keberanian akan mendorong diri kita untuk bisa menunjukkan segenap potensi yang kita miliki, dengan mengeksplorasi segenap pengetahuan dan kemampuan diri, pada saat berada diantara kuatnya tekanan permasalahan yang sedang kita hadapi.

Selain untuk menunjukkan kualitas diri kita, juga untuk menguji kemampuan kita dalam mengurai dan memecahkan masalah, dengan mengeksplorasi segenap pengetahuan dan peningkatan kinerja kita.

Apabila kita dapat menyelesaikan suatu masalah dengan baik, sama artinya kita tidak membiarkan adanya tekanan yang datang dan menghantui diri serta pikiran kita. Sebuah tekanan yang justru membuat kita lemah dan terlihat lemah, yang datangnya dari cibiran mulut orang lain atau dari bayang-bayang perasaan yang tak menentu.

Ketika sebuah keberhasilan berhasil kita capai, akan menghadirkan kebanggaan pada diri sendiri. Dan ketika kita bisa menunjukkan diri, mampu menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi, maka keberhasilan itu akan memberikan nilai tambah bagi diri kita sendiri di mata orang lain.

Jadi, tidak akan ada kebuntuan suasana dan hati yang nelangsa karena masalah yang menggantung, sebagai akibat dari berlarut-larutnya upaya penyelesaian masalah karena kita memilih diam seribu bahasa. Kita harus bisa bersikap fleksibel, tidak hanya terpaku. Ada kegairahan dan daya upaya untuk membuat diri kita terbebas dari masalah.

Well, berdiam diri saja, tidak membuat kita bisa memecahkan masalah.

God give us a smart brain, two ears, and one mouth. With all of that, you can do something, before you talk too much. Inspiring and motivating yourself with some of good idea’s, not to be silent. Make your body move. Be agressive.

After that, you must try, try again, try again, and again, and again. You must believe that you can make everything is gonna be alright (again). That is one of the key of a success (ada satu kemauan, ada kegigihan, ada rasa percaya diri, ada semangat tinggi serta ada keberanian... untuk bicara).

You must do something, karena tidak selamanya diam itu emas. Tidak selamanya...

.Sarlen Julfree Manurung



catatan ini pertama kali diposting pada tanggal 10 Januari 2011.
http://www.facebook.com/note.php?note_id=154553334594382

What Is Your Purpose?

Judul tulisan saya kali ini merupakan thema yang diangkat dalam sesi perbincangan di Radio HardRock FM Jakarta pagi ini.

Perbincangan tersebut menarik untuk disimak, selain karena dipandu oleh 2 orang penyiar Radio HardRock FM Jakarta, Ayu Dewi dan Iweth Ramadhan, topik tersebut dibahas oleh Rene Suhardono, seorang CareeCoach, trainer dan penulis buku-buku best seller, yang karya tulisannya banyak mengangkat sisi humanisme serta upaya pengembangan karir.

Keberhasilan hidup dapat lebih cepat dicapai apabila setiap orang telah terlebih dahulu menentukan seperti apa tujuan hidup (purpose) yang ingin dicapai saat melangkah menapaki hari-hari kehidupan yang penuh tantangan.

Why we need to make a purpose in life?

Pada dasarnya, menetapkan tujuan hidup membuat kita memiliki konsep serta gambaran yang jelas, ingin dibawa ke mana hidup ini mau diarahkan. Harapannya, jalan hidup yang terkonsep, membuat kita tidak akan menyimpangkannya kekiri atau kekanan, atau dilalui dengan asal-asalan.

Dalam hal ini, seseorang yang memiliki tujuan hidup, akan lebih cepat menggapai cita-cita, karena seseorang yang telah menetapkan tujuan hidup, tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna atau membawa manfaat, sehingga upaya memenuhi target pencapaian tujuan hidup, dapat segera terealisasikan.

Arti penting lainnya, dengan menetapkan suatu tujuan hidup, kita telah mendorong agar hidup kita menjadi jauh lebih bermakna dan membawa arti, tidak hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi orang lain.

Hidup yang memiliki arah akan membuat hari-hari kita penuh gairah (passion), yaitu adanya suatu keinginan, tekad, dan semangat agar segenap langkah yang kita tempuh, mengarah pada upaya mencapai tujuan hidup.

Setiap orang memiliki purpose-nya masing-masing. Purpose dari pendiri Microsoft adalah : setiap orang memiliki satu PC (personal computer). Purpose Barack Obama sebagai Presiden adalah : mengembalikan kejayaan Amerika Serikat. Sedangkan purpose dari seorang Rene Suhardono, adalah : membantu banyak orang untuk menjadi diri sendiri, tampil lebih baik atau their ultimate-self.

How about aspiration?

Meskipun sama-sama merupakan bentuk "target" pencapaian jalan kehidupan, namun pada dasarnya, purpose memiliki alur (proses) yang lebih panjang dibandingkan dengan alur dari pencapaian aspiration (cita-cita).

Dalam hal ini, purpose bagaikan sebuah target pencapaian yang berlaku seumur hidup. Saat cita-cita telah diraih, sangatlah mungkin kalau purpose masih dalam proses pencapaian.

Kesamaan antara purpose dan aspiration, adalah keduanya sama-sama membutuhkan adanya passion yang berfungsi untuk memacu semangat agar pencapaian dapat seperti yang diinginkan.

Tanpa ada passion, usaha pencapaian purpose atau aspiration, hanya akan jalan di tempat. Selain itu, ketika keduanya telah tercapai, ada rasa bahagia yang melingkupi hati dan hidup ini.

Rene Suhardono mengatakan, ada 2 hal penting yang patut diberlakukan saat seseorang menentukan purpose-nya.
1. Mengetahui dengan baik seperti apakah purpose yang ingin dicapai.
2. Menjadikan purpose sebagai kunci dalam menjalani aktifitas kehidupan.

Warna kehidupan akan terasa lebih indah, apabila masing-masing kita menetapkan adanya purpose sebagai sebuah target yang akan kita jalani, sehingga hidup ini akan lebih memiliki arti dan manfaat, tidak hanya kepada diri sendiri, namun juga kepada orang lain.

So, what is you purpose? Did you already have it?



.Sarlen Julfree Manurung



catatan ini pertama kali diposting pada tanggal 28 Juli 2010.
http://www.facebook.com/note.php?note_id=115785691804480

Belumlah Terlambat (untuk Mengucapkan kata : MAAF)

Seorang teman pernah bercerita, dirinya butuh waktu berbulan-bulan bergumul sebelum akhirnya siap untuk membuat keputusan : mendatangi sahabatnya untuk meminta maaf, karena dirinya telah menuduh sahabatnya itu sebagai dalang dari suatu peristiwa, yang kelak membuatnya harus menghadapi suatu masalah besar.

Yup, ternyata tuduhan itu hanyalah ekspresi kemarahan sesaat, yang dinyatakannya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.

Ketika amarah sedang berkecamuk didalam dada, terkadang (bahkan mungkin sering kali), mulut ini "sangat kreatif" untuk mengucapkan pernyataan-pernyataan yang menyakitkan. Tentu saja, keramaian yang tercipta, untuk membuat hati dan perasaan orang lain terluka, bahkan bila perlu, berlaku sepanjang masa.

Bener banget kalau ada yang bilang : Dalam amarah, ada sederet dosa yang mengekor dibelakangnya.

Menempatkan orang lain dalam posisi bersalah, adalah sebuah kejahatan. Akan dianggap sangat jahat, apabila ternyata pelakunya tahu dan menyadari bahwa tindakan itu adalah perbuatan yang disengaja, untuk tujuan mempermalukan, menjatuhkan nama baik, atau membuat orang lain mendapatkan "hukuman" dari publik.

Kenapa ya, harus menyakiti? Apa gak ada perbuatan benar yang bisa dirupakan?

Terlambat menyadari pernah membuat kesalahan, adalah lebih baik apabila dibandingkan dengan membiarkan keadaan tetap salah, atau tanpa kita sendiri sekali-kalipun mau memikirkan adanya nilai kebenaran dari mengakui adanya kesalahan.

Orang pintar, harus bisa bertindak bijaksana. Seorang terdidik, selayaknya cepat menekap mulutnya saat mengucapkan kata-kata penuh kebodohan.

Jadilah pribadi yang rendah hati, bertindaklah dengan nurani, bukan dalam amarah.


GBU Everybody.


.Sarlen Julfree Manurung



catatan ini pertama kali diposting pada tanggal 5 Agustus 2010.
http://www.facebook.com/note.php?note_id=117641404952242